Budidaya Teripang Pasir (Holothuria scabra) dengan mengunakan metode penculture

            

      A. Pendahuluan

        Teripang pasir (Holuthuria scraba) merupakan salah satu jenis teripang yang banyak diminati oleh pasar lokal maupun pasar internasional, karena teripang pasir merupakan teripang yang memiliki tekstur daging yang enak dan renyah. Sehingga teripang pasir memiliki permintaan yang cukup tinggi. Dengan demikian penangkapan teripang pasir dialampun mengalami peningkatan. Pemgambilang teripang pasir dialam sudah mulai mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh tingkat pengankapkan yang berlebihan. 
Teripang merupakan deposit feeder atau
pemakan endapan dan suspension feeder
atau pemakan materi tersuspensi (Azis,
1996). Sebagai deposit feeder, pemenuhan
nutrisinya akan sangat ditentukan oleh keli-
mpahan nutrisi dalam substrat atau ter-
suspensi. Secara alami, substrat seperti
pasir, lamun dan karang akan memiliki keli-
mpahan detritus, diatom, protozoa, nema-
toda, radiolarian atau partikel-partikel pasir
lainya yang berbeda. Namun demikian, di-
duga perbedaan kelimpahan makanan alami
teripang pada substrat yang berbeda ter-
sebut dapat ditekan dengan pemberian pu-
puker atau

Mengingat permintaan ekspor dan nilai ekonomis  yang  cukup  tinggi,  masyarakat nelayan berupaya  untuk memanfaatkan peluang  ini  dengan  mengambil  atau  menangkap  teripang  dari  alam  dan  melakukan kegiatan budidaya. Eksploitasi dengan penangkapan dialam telah menyebabkan  terjadinya  penurunan  populasi  teripang  pasir akibat over  fishing.  Sedangkan,  kegiatan budidaya  teripang,  tingkat  keberhasilanya umumnya ditentukan oleh penerapan teknis budidayanya

     Budidaya teripang pasir belum banyak dilakukan oleh masyarakat desa koijabi. Hanya  terdapat satu orang saja, yang berkecimpung didalam kegiatan budidaya teripang pasir holothuria scraba, dengan menggunakkan metode penculter atau kurangan tancap (Martoyo,  J.N.  Aji,T.dan  Winanto,  2002 dan  Martoyo,  J.N.  Aji,T.dan  Winanto,  2006)

       Metode kurangan tancap atau penculter merupakan salah satu metode yang banyak digunakan oleh pembudidaya teripang pasir dan budidaya kapiting bakau karena, metode kurungan tancap adalah metode yang sangat sederhana dan mudah digunakan oleh pembudidaya. Hal ini karena biaya pembuatan kurungan tancap tidak terlalu besar biayaya pengeluarannya.

  B. klasifikasi teripang holothuria scraba

        Klasifikasi (Jaeger, 1833):


 Secara morfologis dan anatomis masing-masing jenis teripang memiliki perbedaan.perbedaan tampak secara nyata dapat dilangsung bentuk, warna dan corak warna yang dimiliki oleh teripang, dapat lihat pada gambar di bawah bentuk morfologi teripang pasir. bentuk teripang pasir memanjang mirip mentimun. oleh karna itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. multu dan anus terdapat dikedua ujung badannya. bagian punggunnya berwarna abu-abu dangan pitah putih atau kekuninangan memanjang secara horisontal. bagian tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap



                  Gambar Morfologi Teripang Pasir

C. Pertumbuhan dan Perkembangan

    Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu seitar 2 hari. Asmara,  A.  2005.

 D. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Effendi  H.  2000. Lokasi budi daya teripang yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut.
- Dasar perairan terdiri dari pasir.
- Pasir berlumpur yang ditumbuhi lamun (seagrass).
- Pada surut terendah masih tergenang air yang dalamnya antara
   4o-8o cm.
- Kecerahan air di atas 75 cm dan arus tidak terlalu kuat serta terlindung dari angin yang kencang.
- Perairannya tidak tercemar dan mudah dijangkau.
- Salinitas antara 24-33 ppt serta suhu 25-30 derajat celcius

E. Wadah budidaya
    di lokasi terpilih dibangun kurung tancap terbuat dari pagar bambu atau kayu. Kurung tancap tersebut berlapis waring nilon ukuran mata 0,2 cm di sebelah dalamnya. Pagar bambu/papan harus tertanam cukup dalam dan kuat ke dasar perairan sehingga tidak terjadi kebocoran pada. kurungan. Luas kurungan sekitar 50 M2 atau disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, penebaran benih teripang berukuran 40-60 g sebaiknya kepadatannya 6-8 ekor/m2 atau teripang berukuran lebih besar, yaitu antara 70-100 g dengan padat tebar 4-6 ekor/m2

F. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
    Benih teripang yang dipilih seragam, baik jenis maupun ukuran. Ciri benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat. Hindari juga pemilihan benih yang sudah mengeluarkan cairan warna kuning. Sebaiknya pengangkutan benih tidak dalam waktu lama (lebih dari satu jam) dan dalam keadaan tertumpuk/padat. Pengangkutan benih dilakukan pada pagi hari atau malam hari atau saat suhu rendah. Wadah yang digunakan dalam pengangkutan diberi substrat pasir, khususnya untuk sistem pengangkutan terbuka.

2. Penebaran. benih
    Benih teripang dengan bobot awal 4o-6o g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m 2. Penebaran dilakukan pada pagi, sore hari, atau saat suhu udara/air rendah. sebelum benih ditebar, benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu untuk kondisi salinitas dan air di lokasi budi daya.

3. Pemberian pakan
    Pakan teripang terdiri dari mikroorganisme, seperti bakteri dan ptotozoa, jasad benthos, makro alga, dan detritus. Selama pemeliharaan yang berlangsung sekitar 4-5 bulan, benih teripang diberi pakan berupa kotoran ayam, kompos, atau dicampur dedak 0,1 kg/m2 sebanyak satu kali dalam seminggu. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih, lalu diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung.Pemberian pakan tersebut dilakukan pada saat air surut. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuhan diatomae yang merupakan pakan utama teripang.

G Pengendalian Hama dan Penyakit
    Jenis hama yang sering dijumpai datam kurungan teripang adalah kepiting, bulu babi, dan bintang laut. Pengendaliannya dengan pengambilan hama secara manual dengan periode tertentu. Sementara itu, jenis penyakit yang menyerang teripang dari famili Holothuroidae belum banyak diketahui karena budi dayanya masih belum berkembang.

H. Panen
    Teripang ukuran konsumsi dengan bobot 300-500 g dapat dicapai setelah dipelihara selama 4-5 bulan untuk memanennya. Panen teripang dilakukan pada saat air surut terendah. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau Lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecakan pada saat air pasang karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.



pustaka 

Afrely, R.W. Rosyidi, M.I dan Fajariyah, S. 2015. Keanekaragaman jenis holothuroidea  di  Zona  Intertidal  Pantai Pancur  Taman  Nasional  Alas  Purwo. Jurnal Ilmu Dasar, 16 (1): 23-28.

Asmara,  A.  2005.  Hubungan struktur komoditas  dengan kondisi fisika kimia perairan  Pulau  Pramuka  dan Panggang,  Kepulauan  Seribu. Skripsi, IPB.

Azis  A.,  1996.  Status penelitian teripang komersial  di  Indonesia.  Jakarta. Oseana,vol. XXII, No. 1. 9-19

Effendi  H.  2000.  Telaahan  Kualitas  Air Bagi  Pengelolaan  Sumberdaya  dan Lingkungan  Perairan.  Kanisius.Yogyakart

Martoyo,  J.N.  Aji,T.dan  Winanto,  2002. Budidaya  Teripang.  Penebar  Swadaya. Jakarta. Pp 75

Martoyo,  J.N.  Aji,T.dan  Winanto,  2006. Budidaya  Teripang.  Penebar  Swadaya. Jakarta

Komentar